sumber @guyyman |
Saya termasuk salah satu yang
tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Memang, dalam dua pertandingan pertama
liga Inggris musim 2014 / 2015, Manchester United di bawah asuhan pelatih baru
meneer Louis Van Gaal tidak menunjukkan performa sebagai sebuah team yang telah
menjuarai liga Inggris sebanyak 20 kali, lebih banyak dari klub sebelah yang
bergambar burung bango..hehehe..( iye iye bukan burung bango lambangnya ).
Manchester United mengawali musim
2014 / 2015 dengan menelan kekalahan dari sebuah klub yang saya yakin alay alay
dahsyat gak ada yang tahu, Swansea City. Tidak ada pemain sekaliber Wayne
Rooney di Swansea, tidak ada pemain seganteng Juan Mata di klub tersebut. Saya
yakin jika hasil sebuah pertandingan sepakbola ditentukan dari banyak atau
tidaknya pemain ganteng di klub tersebut maka Manchester United akan dengan
mudah mengalahkan Swansea City. Menyakitkan memang melihat Manchester United
dikalahkan oleh sebuah tim sepakbola yang baru naik kasta ke premier league
pada tahun 2011 dan dilatih oleh mantan pemain Swansea yang baru berumur 35
tahun!!!. Pertandingan kedua Manchester United yang baru saja berlangsung tadi
malam tidak kalah jelek dari pertandingan pertama. Para pemain Manchester
United bermain layaknya om om genit yang datang ke tempat gym dan bergabung ke
dalam kelas Zumba hanya untuk sekedar melihat cewek cewek meliuk liukan
tubuhnya menari zumba. Para pemain MU seolah olah tidak tahu apa yang mereka
harus lakukan di lapangan sama kayak om om zumba yang cuma goyang kanan kiri
tanpa mengikuti instruksi sang pelatih. Tujuannya gak jelas yang penting eksis
ada di lapangan lari kesana kemari, soal apakah umpannya bener, apakah
tendangannya mengarah ke gawang urusan belakangan. Ashley Young yang pada
pertandingan pra musim tampil luar biasa, sudah mulai sadar bahwa dirinya
adalah seorang Ashley Young, pemain medioker yang lebih jago diving daripada
jago bikin umpan. Yang paling parah tentu saja performansi pemain tengah dan
pemain belakang Manchester United, entah karena mereka belum terbiasa dengan
skema baru Manchester United yang memakai tiga pemain belakang, ataukah mereka
belum bisa move on dari kegagalan Manchester United pada musim lalu seperti
salah satu kandidat presiden yang belum juga bisa move on dari kegagalan dia
menjadi presiden republik ini. Hasilnya, pada pertandingan kedua, Manchester
United hanya bisa meraih satu angka dari team yang kualitasnya di bawah
Manchester United, bermain imbang dengan Sunderland. Mungkin, jika di Inggris
ada mahkamah Konstitusi sepakbola, Van Gaal akan mengajukan gugatan dan meminta
pertandingan untuk diulang karena menurut survey internal Manchester United
pertandingan tersebut seharusnya dimenangkan oleh kubu Manchester United.
Louis Van Gaal bukanlah seorang
pelatih minim prestasi, justru sebaliknya pelatih yang wajahnya kayak orang
yang kebanyakan suntik botox ini penuh dengan torehan prestasi cemerlang, dari
gelar liga Champions bersama Ajax Amsterdam hingga dua kali Juara La Liga
Spanyol bersama Barcelona. Bahkan prestasi Van Gaal bersama timnas Belanda pada
piala dunia 2014 kemaren juga tidak bisa dibilang sebagai sebuah kegagalan. Melihat
deretan piala yang telah berhasil dicapai oleh Van Gaal bersama tim asuhannya
maka tidaklah salah ketika Van Gaal dipercaya untuk menangani Manchester United
harapan besar disematkan kepada Van Gaal untuk mengembalikan dominasi Manchester
United di Liga Inggris. Dan harapan ini, semakin yakin bisa tercapai ketika
pada laga pra-musim Manchester United menunjukkan performansi yang luar biasa
dengan mengalahkan klub klub papan atas, AS Roma, Real Madrid atau bahkan LA
Galaxy yang kebobolan 7 gol.
Namun siapa sangka, laksana
seorang cowok yang mendapat perhatian lebih dari seorang cewek lalu berharap
bisa menjadi seorang pacar tapi ternyata cewek tersebut hanya menganggap dia
sebagai seorang teman biasa, performansi luar biasa Manchester United pada pertandingan
pra-musim ternyata tak lebih dari PHP seorang cewek terhadap temen cowoknya. Kemenangan
kemenangan yang berhasil diraih saat menjalani laga pra musim di Amerika
Serikat tidak serta merta diikuti oleh kemenangan kemenangan di pertandingan resmi
liga Inggris. Boro boro menjadi pemuncak klasemen, dua minggu awal berjalannya
liga Inggris, sang setan merah terperosok ke dalam neraka jahanam, ke posisi 13
klasemen sementara. Angka 13 yang selama ini menjadi symbol angka sial turut
menunjukkan betapa sialnya klub yang telah meraih 20 gelar liga Inggris itu di
musim ini.
Permulaan Manchester United di
bawah asuhan Van Gaal musim ini bahkan jauh lebih buruk daripada permulaan
Manchester United di bawah kepelatihan David
Moyes musim yang lalu. Dua pertandingan awal musim lalu Manchester United di
bawah asuhan David Moyes mampu meraih empat angka yang didapat dengan
mengalahkan Swansea City 4 – 1 dan bermain imbang dengan Chelsea. Bayangkan,
David Moyes aja yang minim prestasi musim lalu bisa mengalahkan Swansea City dengan
skor yang cukup telak 4-1, apalagi Van Gaal yang prestasinya jauh lebih
mentereng. Makanya banyak fans Manchester United yang berpikir Manchester
United di bawah Van Gaal akan dengan mudah mengalahkan Swansea, tetapi ternyata
bola memang bundar, hasil akhir kadang tidak sesuai dengan prediksi awal. Tim
yang musim lalu dikalahkan dengan mudah kini membuat fans setan merah gigit
jari. Buruknya permulaan musim Manchester United di bawah asuhan Van Gaal
inilah yang kemudian selama beberapa hari ini dijadikan guyonan oleh beberapa
fans dengan mengatakan #bringmoyesback. Dan seperti yang telah saya sampaikan
di awal tulisan ini, saya termasuk salah satu orang yang tidak setuju dengan
hal tersebut meski itu adalah sebuah lelucon.
Sebuah liga adalah sebuah
perjalanan panjang, akan ada 38 pertandingan yang harus dijalani oleh tim yang
bergabung ke dalam liga tersebut. Juara pada akhir musim tidak ditentukan oleh
satu atau dua pertandingan awal, tetapi ditentukan oleh akumulasi dari seluruh
pertandingan yang dijalani selama satu musim. Kekalahan kekalahan pada
pertandingan awal tidak selalu menunjukkan bahwa tim tersebut bukanlah calon
juara akhir musim, begitu juga kemenangan kemenangan pada awal musim tidak
menjamin bahwa tim tersebut aman dari zona degradasi pada akhir musim. Buruknya
penampilan Manchester United di awal musim ini tidak serta merta memupuskan
harapan untuk menduduki tahta liga Inggris di akhir musim, dan saya masih
percaya setidaknya Manchester United akan mengakhiri musim ini lebih baik
daripada musim lalu. Manchester United masih punya banyak waktu untuk
mengevaluasi dua pertandingan awal mereka, mencari tahu di mana letak kesalahan
mereka, dan memperbaiki di masa mendatang untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik, jika perlu mendatangkan pemain baru yang dirasa mampu memperbaiki
performa tim, seperti rumor santer mengenai kedatangan Angel di Maria ke Old
Trafford.
Sebenarnya, saya cuma ingin menyampaikan,
bahwa trading tidaklah jauh beda dengan sebuah liga. Bagi kita seorang trader,
awal musim kita adalah perdagangan saham di awal tahun, pada tanggal 2 januari
tiap tahunnya, dan akhir musim trading kita adalah pada akhir desember. Tentu saja
tujuan dari kita adalah menjadi juara dari masing masing liga trading yang kita
ikuti dalam bentuk pertumbuhan asset dan nilai investasi yang kita tanamkan di
awal tahun. Dan seharusnya itu pulalah yang menjadi fokus kita, target
peringkat berapa di akhir musim. Karena layaknya pertandingan liga, juara akhir
musim tidak ditentukan oleh satu dua pertandingan saja tetapi ditentukan oleh
akumulasi dari total pertandingan yang dijalani. Begitu juga dengan trading,
pertumbuhan nilai investasi yang kita tanamkan di awal tahun ditentukan oleh
akumulasi trading yang kita lakukan sepanjang tahun tersebut. Dalam perjalanannya,
pasti kita akan mengalami kerugian, layaknya sebuah tim sepakbola yang
mengalami kekalahan, jarang ada tim sepakbola yang tidak terkalahkan sepanjang
musim, juga jarang ada trader yang untung sepanjang tahun. Yang terpenting
adalah jumlah kemenangan kita jauh lebih besar dari jumlah kekalahan yang kita
derita sehingga nilai akumulasinya menjadi besar.
Kekalahan bukanlah untuk
diratapi, tetapi kekalahan ada untuk dievaluasi dan diperbaiki. Kerugian pasti
akan ada selamanya menyertai perjalanan trading kita, tetapi fokus kita
bukanlah pada berapa banyak kerugian yang kita derita, betapa menyakitkannya
kerugian tersebut. Fokus kita adalah pada apa yang bisa kita evaluasi dari
kesalahan trading yang menyebabkan kerugian tersebut, apa yang bisa kita
perbaiki dari kesalahan itu sehingga di kemudian hari kita bisa trading dengan
strategy yang lebih baik dan memperoleh keuntungan. Strategy yang berbeda perlu
diterapkan untuk lawan tanding yang berbeda karena karakter sebuah klub
sepakbola berbeda beda, strategy trading yang berbeda juga perlu diterapkan
untuk saham yang berbeda karena karakter gerakannya juga berbeda.
Investasi kita tidak ditentukan oleh satu dua kali trading kita, tetapi ditentukan oleh nilai akumulasi trading kita selama satu tahun. Satu dua kali atau bahkan
beberapa kali kekalahan trading dalam satu tahun adalah sebuah hal yang wajar,
akan tetapi menjadi tidak wajar ketika kita tidak menjadikan kekalahan tersebut
sebagai pelajaran untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada trading trading
berikutnya dan menjadi juara di akhir musim nantinya.
Don’t bring Moyes back !!!